Hiburan & Lifestyle TERANGMU YANG MENGGANGGU: Refleksi Tentang Menjadi Cahaya di Dunia yang Gelap

TERANGMU YANG MENGGANGGU: Refleksi Tentang Menjadi Cahaya di Dunia yang Gelap

TERANGMU YANG MENGGANGGU: Refleksi Tentang Menjadi Cahaya di Dunia yang Gelap post thumbnail image
Spread the love

 


TERANGMU YANG DIANGGAP MENGGANGGU: Fenomena Psikologis di Dunia Kerja dan Sosial

Apakah kamu pernah merasa, ketika semangat berkarya mulai menyala, bukannya disambut apresiasi, justru malah dijauhi?
Sering kali, seseorang yang berusaha melakukan yang terbaik justru dianggap “berlebihan” oleh lingkungannya. Bukan karena mereka benar-benar salah, melainkan karena cahaya yang mereka bawa terlalu menyilaukan bagi mereka yang sudah nyaman dalam kegelapan.

Mengapa Orang yang Bersinar Sering Dijauhi?

Fenomena ini sering dibahas dalam psikologi sosial sebagai bentuk “social rejection of high achievers” — penolakan terhadap mereka yang terlalu menonjol.
Menurut penelitian dari Journal of Personality and Social Psychology (2018), individu yang tampil lebih berprestasi atau inovatif sering dianggap mengancam rasa aman kelompok. Bukan karena mereka salah, tetapi karena mereka menciptakan standar baru yang memaksa orang lain keluar dari zona nyaman.

Di dunia kerja maupun sosial, hal ini sering terlihat:

  • Mereka yang bekerja keras dan berprestasi dianggap “cari muka”.
  • Yang jujur dianggap sok suci.
  • Yang kreatif dianggap melawan arus.

Sementara itu, lingkungan yang nyaman dalam “kegelapan” lebih memilih:

  • Rutinitas sistem titipan dan nepotisme.
  • Koneksi lebih penting daripada prestasi.
  • Zona nyaman penuh kepura-puraan demi stabilitas semu.

Paradoks Dunia Kerja: Cahaya yang Dipadamkan

Realitas yang sering terjadi:

  • Yang terlalu menyala, dimatikan.
  • Yang biasa-biasa, dibiarkan.

Bagi individu yang berusaha memberi dampak positif, situasi ini bisa memicu burnout, rasa terasing, hingga keinginan untuk menyerah.
Namun, menurut pakar psikologi motivasi Angela Duckworth, justru pada fase inilah ketangguhan (grit) diuji. Cahaya tidak seharusnya dipadamkan hanya karena ada yang silau.

Bagaimana Menghadapi Lingkungan yang “Tersilaukan”?

  1. Tetaplah Bersinar, tapi Bijak Menempatkan Diri.
    Jika satu ruangan tak siap menerima cahayamu, bukan berarti cahayamu salah. Cari ruang lain yang bisa memanfaatkan terangmu untuk kebaikan bersama.
  2. Bangun Dukungan, Bukan Sekadar Pujian.
    Temukan rekan atau komunitas yang menghargai prestasi tanpa rasa iri. Lingkungan sehat akan membuat sinarmu bermanfaat, bukan menyilaukan.
  3. Gunakan Cahaya sebagai Inspirasi, Bukan Pameran.
    Kadang, cara kita bersinar menentukan bagaimana orang melihat kita. Bersinarlah dengan tujuan, bukan sekadar mencari pengakuan.

Kesimpulan: Jangan Pernah Mengecilkan Terangmu

Dunia ini penuh ruang. Jika satu ruang menolak, ada ruang lain yang menunggu.
Cahaya yang kau bawa mungkin menyilaukan sebagian orang, tapi juga bisa menjadi penerang bagi mereka yang tersesat.

Tulisan ini hanyalah satir dan refleksi, bukan untuk menyerang siapa pun.
Hanya pengingat bahwa: kadang, yang dianggap mengganggu, justru adalah mereka yang membawa perubahan.//r_07

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post