Blog Elias Canetti: Sang Penyelami Jiwa Massa, Pemikir Dunia yang Tetap Relevan Hingga Kini

Elias Canetti: Sang Penyelami Jiwa Massa, Pemikir Dunia yang Tetap Relevan Hingga Kini

Elias Canetti: Sang Penyelami Jiwa Massa, Pemikir Dunia yang Tetap Relevan Hingga Kini post thumbnail image
Spread the love

Momen mengenang kelahiran Elias Canetti (1905–1994), salah satu penulis, filsuf, dan dramawan paling berpengaruh abad ke-20. Lahir di Ruse, Bulgaria, dari keluarga Yahudi Sephardi, Canetti dikenal sebagai intelektual kosmopolitan yang menulis dalam bahasa Jerman. Pemikirannya yang mendalam mengenai manusia, massa, dan kekuasaan menjadikannya figur penting dalam dunia sastra dan filsafat dunia.

Sejak usia muda, Canetti telah mengalami kehidupan lintas budaya. Masa kecilnya dihabiskan berpindah-pindah antara Inggris, Austria, dan Swiss. Perjalanan inilah yang membentuk wawasan luasnya serta kepekaan terhadap perbedaan budaya dan psikologi manusia. Meski menempuh pendidikan formal di bidang kimia di Universitas Wina, Canetti justru menemukan panggilan hidupnya di jalur sastra dan filsafat.

Karya-karya Canetti mencerminkan obsesinya pada pertanyaan besar tentang kekuasaan, massa, dan bahasa. Karyanya yang paling terkenal, Masse und Macht (Crowds and Power, 1960), menjadi referensi utama dalam memahami dinamika massa dan relasi kuasa yang membentuk sejarah umat manusia. Buku ini menyelami bagaimana individu dapat kehilangan identitas dalam kerumunan, serta bagaimana kekuasaan lahir, berkembang, dan mengendalikan perilaku kolektif.

Selain itu, novel Auto-da-Fé (1935), yang awalnya berjudul Die Blendung, memotret sisi gelap manusia melalui kisah profesor obsesif yang tenggelam dalam dunianya sendiri hingga berujung tragis. Lewat novel ini, Canetti mengkritisi kegilaan intelektualisme yang terlepas dari realitas sosial. Sementara dalam memoarnya, The Tongue Set Free, Canetti merekam perjalanan hidupnya dengan detail emosional, menggambarkan bagaimana pengalaman pribadi membentuk karya-karyanya.

Dedikasi dan kedalaman pemikirannya membuat Canetti dianugerahi Penghargaan Nobel Sastra pada 1981. Komite Nobel memuji karyanya karena “visi luas, kekayaan ide, dan kekuatan artistik” yang mampu menjembatani sastra, filsafat, dan psikologi sosial.

Meskipun telah meninggal pada 14 Agustus 1994 di Zurich, warisan intelektual Canetti tetap hidup. Pemikirannya tentang massa, otoritas, dan bahasa terus menjadi rujukan bagi para peneliti, akademisi, hingga pengamat politik modern. Dalam era digital dan media sosial saat ini, ketika fenomena massa virtual dan pengaruh politik semakin kompleks, gagasan Canetti terasa semakin relevan untuk memahami bagaimana opini publik dibentuk dan dikendalikan.

Elias Canetti bukan sekadar penulis atau filsuf, tetapi juga pengamat tajam atas perilaku kolektif manusia. Karya-karyanya mengingatkan dunia bahwa di balik setiap kerumunan, ada dinamika kekuasaan yang tak boleh diabaikan.red

#EliasCanetti #SejarahSastra #PemikirAbad20 #CrowdsAndPower #NobelSastra #FilsafatModern #LiterasiDunia

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post

INALUM Perkuat Kesiapsiagaan Karhutla di Kawasan Danau Toba melaluiPembentukan MPA di Desa Silalahi IIINALUM Perkuat Kesiapsiagaan Karhutla di Kawasan Danau Toba melaluiPembentukan MPA di Desa Silalahi II

Spread the loveDairi, 25 Juni 2025 | Dalam upaya memperkuat pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) mendukung pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA) di

Universitas Al Azhar dan STKIP Al Maksum Perkuat Jejaring Global Lewat Rencana MoU Internasional dengan AAMU GhanaUniversitas Al Azhar dan STKIP Al Maksum Perkuat Jejaring Global Lewat Rencana MoU Internasional dengan AAMU Ghana

Spread the loveMedan, 4 September 2025 – Universitas Al Azhar kembali menegaskan komitmennya dalam memperluas jejaring kerja sama internasional dengan menggelar kegiatan persamaan persepsi terkait Rencana Pelaksanaan Memorandum of Understanding